Majene

Karena Covid-19 Warung di Pasar Minggu Majene Sepi Pembeli

×

Karena Covid-19 Warung di Pasar Minggu Majene Sepi Pembeli

Sebarkan artikel ini

Majene, Beritaini.com – Janda 4 anak, Nurusia (63), tidak lagi berjualan nasi kuning selama setengah tahun terakhir. Hal itu lantaran warung tempatnya mengais rejeki di pasar Minggu, Somba, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, sepi pembeli.

“Sejak Corona mewabah, langganan kami berkurang karena mereka membawa sarapan sendiri dari rumahnya,” kata Nurursia, warga Dusun Lembang, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sabtu 19 Desember 2020.

Sejak pandemi Covid-19 mulai mewabah pada awal 2020, banyak negara yang akhirnya menerapkan sistem Lockdown atau pembatasan aktivitas warga. Langkah itu untuk memutus mata rantai penyebaran virus mematikan asal Negeri Wuhan, China tersebut.

Tak terkecuali di Indonesia, yang kini menelan korban nyawa terjangkit virus ini hingga puluhan ribu orang. Meski tak sepenuhnya menerapkan sistem Lockdown, tapi imbauan Pemerintah Indonesia seperti jaga jarak dan larangan berkumpul berdampak pada  perekonomian warga.

“Mungkin pelanggan kami jijik atau merasa tidak aman kalau sarapan di luar. Apalagi warung kami selalu ramai pengunjung dan pelanggan berdempetan. Padahal berkerumun sangat dihindari sekarang ini,” ucap Nurusia.

Baca juga:  Operasi Yustisi Prokes Terus Digelar Agar Masyarakat Patuhi 6M

Ketika berjualan, Nurusia dibantu oleh putri sulungnya, Nurwati, 21 Tahun. Setiap Minggu mereka harus bangun sekitar pukul 2 pagi untuk menyiapkan bahan jualan. Usai salat Subuh, mereka sudah berada di pasar yang berada sekitar 300 meter dari kediamannya. Nurusia bertugas melayani pelanggan, sementara Nurwati mencuci piring dan membersihkan warung.

“Anak saya yang lain sudah berkeluarga dan masing-masing merantau keluar daerah. Ada yang di Kalimantan, ada juga yang di Surabaya,” kata Nurusia.

Hasil jualannya itu mampu meraup keuntungan hingga 200 ribu rupiah. Kendati penghasilannya relatif tinggi dibanding warung lainnya di pasar Minggu, namun itu hanya mampu menutupi kebutuhan mereka selama seminggu.

“Hasil jualan ini hanya untuk menyambung hidup,” rintih Nurusia.

Kebutuhan Nurusia dan putri sulungnya kadangkala ditopang oleh sang buah hati yang berada jauh di perantauan. Namun itu pun hanya cukup untuk biaya perkuliahan Nurwati yang sudah menginjak semester 5 di salah satu perguruan tinggi di Majene.

Baca juga:  Tumbuhkan Antusias untuk Vaksinasi, Polres Majene Bagi-bagi Doorprize

“Kakak-kakaknya saling membantu menanggung biaya kuliah adiknya,” pungkas Nurusia.

Tak mau tinggal diam, Nurusia pun kini beralih profesi menjadi petani padi. Sepetak sawah peninggalan mendiang suami ia garap untuk kebutuhan hidup. Sementara warung yang menjadi mesin penghasil uangnya tersebut kini menjadi kenangan.

“Saya berhenti menjual sekitar Mei lalu. Tapi warung kami masih berdiri di pasar,” tandasnya.

Nasib baik pun tiba, beberapa bulan belakangan keluarga Nurusia mendapat program pemerintah, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang jumlahnya mencapai 600 ribu rupiah. Ia pun bercita-cita membuka kembali warungnya karena sudah memiliki tabungan dari bantuan tersebut.

“Modal yang dibutuhkan 350 ribu rupiah. Mungkin tahun depan kami kembali berjualan nasi kuning,” tuturnya.

Nurusia berharap agar penyebaran virus tersebut segera berakhir. Dia selalu menyisipkan doa di setiap salat agar kondisi demikian kembali pulih.

“Semoga warga lain yang terdampak wabah ini dapat kembali mengais rezeki seperti sediakala,” harapnya.