JakartaNasional

Lampu Hijau Kompetisi Olahraga Tanah Air di Tengah Pandemi

×

Lampu Hijau Kompetisi Olahraga Tanah Air di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Beritaini.com – Harapan kompetisi olahraga dalam negeri untuk kembali bergulir di tengah pandemi Covid-19 masih ada. Walaupun, saat ini operator kompetisi beberapa cabang olahraga profesional belum mandapatkan izin keramaian dari pihak kepolisian untuk menggelar kegiatan.

Kepala Bidang Kerja Sama Baintelkam Polri, Kombes Pol Budi Sajidin mengatakan, keputusan Polri tidak mengeluarkan izin keramaian semata karena perintah Kapolri melalui telegram pada November 2020. Larangn ini pencegahan penyebaran Covid-19. Telegram tersebut, kata Budi, sampai sekarang belum dicabut sehingga pihaknya belum bisa mengeluarkan izin.

“Mungkin sekarang dilarang, tapi ke depan bukan harga mati. Penyelenggara olahraga yang mau menggelar kompetisi, tolong bersurat ke Mabes Polri. Lampirkan protokol kesahatan ketat, lampirkan rekomendasi Gugus Tugas Covid-19, KONI, Kemenpora, dan pihak terkait lainnya. Mudah-mudahan ke depan bisa dipertimbangkan,” kata Budi dalam webinar SIWO Pusat berjudul “Harapan Olahraga Indonesia di Tengah Pandemi” di Jakarta, Rabu 3 Februari 2021.

Budi membocorkan kompetisi sepak bola kemungkinan akan mendapatkan izin. PSSI berencana menggelar Liga 1 di Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan protokol ketat untuk meminimalisasi peluang timbulnya kluster baru Covid-19.

Menpora Zainudin Amali juga memberikan angin segar. Ia mengaku baru bertemu Kapolri Listyo Sigit Prabowo dalam rapat di Istana Negara pada Rabu pagi. Menpora mengatakan akan berkoordinasi dengan Kapolri soal penerbitan izin keramaian untuk kompetisi olah raga.

“Beliau menyambut baik, selama tidak menimbulkan kluster baru Covid-19. Kalau koordinasi satu dua hari sudah ada, saya akan undang nanti cabor yg ada liga profesionalnya, jadi bola basket, sepak bola, dan voli. Saya minta dipaparkan lagi supaya kita bisa rekomendasikan lagi izin penyelenggaraannya,” kata Menpora.

Ia berharap para pengelola kompetisi olahraga tak menyerah dan terus berupaya. Ia menegaskan, Kemenpora berjanji tak membiarkan cabang olahraga jalan sendiri.

“Susahnya cabor susahnya Menpora juga,” kata Menpora.

Perwakilan Gugus Tugas Covid-19 Berton Panjaitan mengatakan, pihaknya sebenarnya hanya berprinsip sederhana terkait pengeluaran rekomendasi kegiatan, yakni melaksanakan protokol 5M.

Baca juga:  Silaturahmi Korem 142 Tatag dan Pers Sulbar, Brigjen Firman Harap Peran Media di Bumi Malaqbi

“Selama protokol kesehatan diikuti, itu langkah maju. Coba kita berkaca di internasional. Apa sih yang mereka lakukan, dan apa sih yang belum kita lakukan?” kata dia.

Berton membandingkan dengan Pilkada yang berjalan dengan protokol amat ketat dan seragam. Ia berharap olahraga kuga punya acuan yang sama untuk kompetisi, pelatnas, ataupun sekadar olahraga masyarakat.

“Ini harusnya bisa dikeluarkan Menpora atau KONI, mengeluarkan protap untuk menggelar evet olahraga, perlu digodok bersama dengan Gugus Tugas. Sehingga teman-teman penyelenggara olahraga tidak menjadi ragu dan terombang ambing,” ujarnya.

“Begitu ada keputusan bersama, mungkin keputusan Menteri setelah berkonsultasi dengan gugus tugas, mungkin akan lebih powerful untuk penyelenggara olahraga. Pemda, penyelenggara, gugus tugas, kemenpora bisa duduk bersama membahas ini,” sambung dia.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf juga mendukung kegiatan olahraga digelar saat pandemi. Ia menekankan harus ada sistem baru untuk olahraga Indonesia agar bisa tetap bergulir di tengah situasi yang tidak normal ini.

Skema baru ini, kata dia, juga mempertimbangkan konsekuensi terburuk. Ia mencontohkan PON Papua harus tetap digelar meskipun tanpa penonton.

“Kasihan daerah yg sudah mengeluarkan uang, atlet yang sudah capek berlatih. Jangan hentikan olahraga, karena olahraga itu harus bergerak. Kalau tidak bergerak namanya bukan olahraga,” tegas Dede.

Ia mengatakan harus ada titik temu antara masyarakat olahraga dengan satgas covid dan polisi.

Ketua KONI Pusat Marciano Norman menegaskan kembali perlunya menyatukan pandangan antara penyelenggara kegiatan olahraga, KONI Pusat, dan Kemenpora, kemudian duduk bersama dengan Satgas Covid dan kepolisian untuk mencari solusi.

“Kita sama-sama cari jalan keluar karena berhenti dan tak berkegiatan bukan solusi.
Kita harus mencari jalan keluar agar aktivitas olahraga dan event olahraga bisa digelar saat pandemi Covid-19,” kata dia.

Marciano mencontohkan liga sepak bola negara tetangga yang bisa bergulir di tengah pandemi, kompetisi basket NBA, balap Formula Satu, dan tiga kejuaraan bulu tangkis BWF yang digelar di Thailand awal tahun ini. Menurut dia, Indonesia bisa mencontoh dengan penerapan protokol kesehatan super ketat.

Baca juga:  PWI Gelar Webinar Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat

Direktur IBL Junas berharap kabar baik untuk sepak bola menular ke bola basket yang direncanakan bisa digelar pada Maret 2021.

“Kami akan pertajam protokol kesehatan, akan terus memperbanyak simulasi agar mendapatkan izin. Pada situasi seperti ini, IBL menciptakan pola baru untuk menggelar kompetisi dengam protokol kesehatan,” kata Junas.

Sistem yang dibuat adalah bubble, di mana semua peserta, anggota tim, wasit dan panitia dikarantina di satu tempat. Sebelum masuk ke area bubble si Kelapa Gading, Jakarta Utara, dilaksanakan tiga kali tes. Area tertutup dari awal sampai akhir, tidak boleh ada ynag masuk.

Ada klinik 24 jam dan tes di tengah kompetisi secara berkala. “Secara teknis 90-95 persen kami sudah siap. Ini bukan semata-mata kegiatan olahraga, tapi membantu industri olahraga menemukan formula yg tepat agar kompetisi bisa digelar di tengah pandemi,” tegas Junas.

Kabid Kompetisi PBVSI yang juga Direktur Kompetisi Proliga Hanny Surkatty memberikan saran agar kompetisi olahraga bisa bergulir. Menurut dia, selain protokol kesehatan ketat, para pihak yang terkait penyelenggaraan kompetisi, mulai pemain, wasit, hingga panitia di lapangan perlu divaksinasi agar lebih meminimalisasi timbulnya kluster baru Covid-19.
Hanny menilai untuk voli, agak sulit menggelar kompetisi benar-benar tanpa penonton dan dengan waktu yang diperpendek. Sebab, ini berkiatan dengan sponsorhip.

“Sponsor ada pengurangan (nilai) tanpa penonton. Padahal menerapkan protokol kesehatan tanpa penonton juga membuat biaya penyelenggaraan kompetisi semakin membesar. Saya mohon pihak Menpora dan Komisi X DPR RI untuk menjembatani pihak sponsor karena ini juga perlu diperhatikan. Tanpa adanya sponsor, kompetisi tak bisa jalan mau protokol sebagus apa pun,” katanya.

PBVSI merencanakan setelah lebaran baru akan berkegiatan. Namun, ini lebih dulu melihat situasi dan kondisi terkini di Tanah Air. (*)