Mamuju

Tekuni Usaha Jahit Sepatu, Mahasiswa Ini Bertahan Ditengah Pandemi Covid-19

×

Tekuni Usaha Jahit Sepatu, Mahasiswa Ini Bertahan Ditengah Pandemi Covid-19

Sebarkan artikel ini

Mamuju, Beritaini.com – Nahar (22) dan Herman (23) tangannya nampak lincah menusuk jarum panjang kedalam pinggiran sepatu secarah melinggar. Hingga sepatu itu terlihat rapi dan kuat.

Tempat yang berukuran 2 meter persegi di perapatan Jalan Abd Syakur, disitulah kedua lelaki yang masih muda ini terlihat begitu serius menekuni pekerjaanya sebagai tukang jahit sepatu.

Sepatu-sepatu siap dijahit terlihat menumpuk didepannya. Mereka juga terlihat menggunakan masker demi mencegah virus corona.

“Waktu ganas – ganasnya virus corona, saya hanya bisa dapat Rp20 ribu sehari. Padahal sebelum corona bisa dapat Rp.100- Rp2000 ribu perhari,” ungkap Nahar saat ditemui Beritaini.com, Sabtu, 18 Desember 2020.

Meski baru 1 tahun menekuni usahanya itu, Nahar asal Tinambung Polman dan masih bujang ini berharap ada bantuan dari pemerintah dalam situasi pandemi ini.

Baca juga:  Rakor Bidang Kesmas Dinkes Mamuju Meningkatkan Koordinasi dan Dukungan dalam Peningkatan Pelayanan

” Semoga ada bantuan dari pemerintah pak,” katanya lirih.

Berbeda dengan Herman (23 ) menekuni usaha sebagai tukang jahit sepatu sudah 3 tahun.

Herman yang masih duduk dibangku kuliah di STIKES Andini sudah semester 5 ini, tetap semangat menekuni pekerjaannya ditengah pandemi Covid-19.

“Dari menjahit bisa sedikit menghidupi belanja sehari -hari  dan membayar uang kuliah.,” ujarnya.

Ia mengaku lahir di Mamuju 23 tahun lalu. Ia juga berasal dari Polman. Ditengah ekonomi tak menentu. Mahasiswa ini tergolong pandai membagi waktunya antara bekerja dan kuliah.

“Kalau saya kuliah pagi, maka saya harus menjahit siang. Begitupun sebaliknya,” tuturnya.

Hari – harinya Herman dihabiskan waktunya untuk kuliah dan kerja. Ia tak mengenal gengsi dan merasa minder sebagai tukang jahit sepatu.

Baca juga:  Partai Gelora Sulbar dan Partai Gerindra Bertemu Bahas Arah Dukungan Capres 2024

Dimasa pandemi covid-19, kedua lelaki ini mencoba bertahan ditengah ketidakpastian kapan wabah virus corona ini berakhir.

“Kami berharap virus corona ini cepat hilang dan ekonomi bisa stabil,” pungkas Herman.

Waktu telah nenunjukan pukul 17.00. Wita sore. Mereka mulai merapaikan sepatu – sepatu yang belum sempat dijahit. Nampak masih ada konsumen yang datang mengorder sepatunya atau mengambil sepatu miliknya yang sudah dijahit.

“Maksih ya. Ini uangnya pak ,” kata seorang konsumen sambil menyodorkan uang Rp.20.000 pengganti ongkos kerja.

Herman pun tersenyum tipis sambil menyodorkan sepatu yang sudah dijahitnya sejak siang.