Pilkada

LSI: Tak Pasti, Selisih Kandidat Pilkada DKI Tipis

×

LSI: Tak Pasti, Selisih Kandidat Pilkada DKI Tipis

Sebarkan artikel ini

beritaini.com, Jakarta – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny J. A merilis hasil pengamatan tingkat elektabilitas pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta. Survei dilakukan pada 8-9 Februari 2017 dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih dengan metode multistage random sampling.

Hasilnya, elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni unggul di antara lawannya, dengan perolehan 30,9 persen. Tepat di bawahnya adalah pasangan inkumben Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dengan selisih 0,2 persen, yaitu 30,7 persen. Disusul pasangan calon nomor tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan raihan 29,9 persen.

Dari hasil tersebut, peneliti LSI, Ardian Sopa, mengatakan bahwa selisih antar kandidat sangat tipis, di bawah satu persen. Bahkan masuk dalam margin of error survei yang terpaut plus minum 2,9 persen. Karena itu, dia belum bisa melihat potensi dari pasangan calon mana yang akan masuk ke putaran kedua.

Baca juga:  Hanya Sutinah, Berjalan Menyusuri Tanjakan dan Menyeberang Sungai dengan Cinta

“Tak ada satu kandidat pun yang sudah pasti lolos putaran kedua,” kata Ardian dalam konferensi pers di kantor LSI, Jakarta Timur, Jumat 10 Februari 2017.

Menurut Ardian, tren dari tingkat elektabilitas masing-masing pasangan calon terus menurun dibandingkan data pada awal Februari. Dari hasil survei LSI, tingkat elektabilitas Agus kali ini lebih rendah dibandingkan pada survei 28 Januari-1 Februari 2017, sebesar 31,1 persen. Sementara, pasangan Ahok-Djarot meraih tingkat elektabilitas sebesar 30,8 persen. Dan elektabilitas Anies-Sandi sebesar 32,2 persen.

Ardian menuturkan ada beberapa alasan yang mempengaruhi penurunan tingkat elektabilitas tersebut. Untuk pasangan Agus-Sylvi, elektabilitas mereka turun karena isu kasus hukum Sylvi dan perisakan terhadap Agus di media sosial.

Baca juga:  Klaim Elektabilitas 60%, Habsi Ciderai Kajian Akademik Survey

“Agus dianggap belum mampu mengelola DKI karena belum ada pengalaman,” katanya.

Adapun penurunan dukungan terhadap Ahok-Djarot disebabkan karena pernyataan keras Ahok terhadap Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, yang memicu protes tokoh ulama dan NU. Penyebab kedua, viral wawancara Ahok di Al Jazeera Tv, yang menyatakan tidak menyesal dan akan mengulangi kutip surat Al-Maidah, dilansir pada laman Tempo.

Ardian melanjutkan, penurunan dukungan kepada Anies-Sandi juga disebabkan dua hal, yaitu isu Anies didukung syiah, meski sudah diklarifikasi. Juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dianggap menjauhi paham aslinya yang pro keberagaman oleh pemilih moderat. “Sekarang masuk yang lebih Islamis,” tegasnya.(*/)

Example 300250