Ragam

Bertani, Begitu Tema Diskusi Ketua Umum SMSI di Akun FB

×

Bertani, Begitu Tema Diskusi Ketua Umum SMSI di Akun FB

Sebarkan artikel ini

Beritaini.com – Satu diskusi yang cukup menarik. Judulnyapun sederhana Bertani, tapi memberi makna yang dalam. Begini obrolan Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Firdaus yang dikutip dari akun FBnya.

Pagi-pagi saya ke sawah. Usai “mencancang” kambing, kemudian mulai menuai padi.

Disela istirahat saya diskusi dengan Mas Endro lewat WA. Dari diskusi tersebut menyembul berbagai pemikiran seputar tatakelola negeri ini.

Saya ungkapkan, jika pemimpin kita salah langkah, dipastikan negeri kita akan terjerembab dan “remuk redam”.

Menurut Mas Endro, ini masalah leadership. “Pemimpin yang berkualitas tidak memadai, justru ketika diuji di saat krisis”

Apa mau dikata, nasi telah jadi bubur. Untuk mengatasi masalah negeri ini dalam jangka pendek

1. Kita mesti menyiapkan stok makanan, karna jika hingga Agustus kondisi masih seperti ini, hampir dipastikan akan terjadi darurat pangan.

Baca juga:  Ngopi Bareng, ABM Bicara Apa Adanya

2. Waspada, karena biasanya ketika situasi kritis dan krisis, kriminalitas meningkat. Kebanyakan orang tidak punya uang akan nekat. Maka, lindungi keluarga secara maksimal.

Saat begini, harus mulai fokus menyusun strategi.

1. Negara mesti menunda proyek besar yang menyedot anggaran. Mengalihkan dana untuk proyek padat karya. Padat karya dipilih di daerah-daerah yang sangat rawan, dan tinggi angka kemiskinannya.

2. Memperbaiki struktur APBN, dengan lebih fokus pada kegiatan produktif skala besar.

3. Benar-benar mengencangkan ikat pinggang. Tunda seluruh kegiatan yang memboroskan keuangan negara, misalnya 2020 tidak ada perjalanan dinas.

4. Impor bahan pangan non beras. Karena stok di beberapa negara produksi beras seperti Vietnam, Thailand, India juga menipis.

Baca juga:  TOP CSR Of The Year, Perusahaan-perusahaan dengan Implementasi Aksi Sosial Terbaik Tahun 2022

5. Kembali konsen pada sektor sektor strtategis, berbasis kebutuhan dasar terutama pada bahan pangan, dan kesehatan.

6. Stimulan kepada sektor swasta padat karya dan UMKM.

7. Moratorium pembangunan Ibukota negara yang baru, karena dalam kondisi seperti ini tidak masuk “akal”, walaupun tidak semua menggunakan APBN..

Kesimpulan dari diskusi kami, pada kondisi ini akan kelihatan kwalitas pemimpin.

Pemimpin itu harus mampu pindah kwadran, dari manajemen normal ke manajemen krisis dan menghindari menggunakan pola diktator konstitusional.

Tak terasa waktu sudah masuk zuhur, usai sholat zuhur makan siang di Coffee Shop Amir Mahmud sambil bernyanyi ditemani Edi. Eh Pa. Ashok datang terlambat.