Maros, Beritaini.com – Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Maros, telah 100 persen siap menerima pataka Sang Saka Merah Putih yang akan dibawa peserta Kirab Satu Negeri (KSN) dari Kendari Sulawesi Tenggara di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan pada hari selasa, 09 Oktober 2018. Kata Ketua Panitia Lokal Kirab Satu Negeri (KSN) Gerakan Pemuda Ansor, Arfah Arsyad sesuai rilisnya Senin, (08/10).
Insya Allah hari sabtu tanggal 9 Oktober peserta Kirab Satu Negeri akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin di Kabupaten Maros untuk selanjutkan akan bergerak menuju Taman Wisata Alam Bantimurung untuk dilakukan prosesi serah terima Pataka Kirab Satu Negeri berupa 17 bendera merah putih ke 17 orang pasukan penerima Pataka Merah Putih, kegiatan ini akan berlangsung didepan gerbang utama Taman Wisata Alam Bantimurung, lanjut Arfah.
Mantan Ketua PMII Maros ini menambahkan, bahwa malamnya kami akan menggelar Istogotsah Akbar dan Doa Untuk Palu, Sigi dan Donggala di Masjid Pondok Pesantren Nahlatul Ulum, dilanjutkan ziarah makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel, Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma di Dusun Tambua dan terakhir kegiatan bakti sosial berupa penanaman pohon di area Wisata Karst Rammang-Ramang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, kata Arfah.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Maros, Abrar Rahman mengatakan bahwa Kirab Satu Negeri ini bergerak dari lima titik atau zona, pertama zona pulau Sumatra yang bergerak dari pulau Sabang, kedua zona pulau Kalimantan yang bergerak dari pulau Tarakan, zona ketiga yang bergerak dari pulau Minggas di Sulawesi Utara, keempat yaitu zona Maluku dan kelima zona papua yang bergerak dari Merauke.
Pasukan pembawa pataka Kirab Satu Negeri yang masuk ke Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan adalah zona 3 (Mianggas).
17 orang pembawa bendera merah putih ini bermakna hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus dan dalam sehari semalam umat Islam melaksanakan shalat wajib sebanyak 17 rakaat.
Lima titik berangkat peserta Kirab Satu Negeri (KSN) Gerakan Pemuda Ansor ini merupakan simbol 5 sila Pancasila, dan 5 rukun Islam.
Melalui Kirab Satu Negeri GP Ansor memandang paling tidak empat hal yang tengah terjadi di Indonesia saat ini. Pertama ancaman dari sekelompok kecil orang yang ingin mengubah konsensus kebangsaan Indonesia yaitu, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Yang kedua, ada kelompok kecil yang menggunakan agama sebagai alat politik atau mempolitisasi agama, dan menggunakan agama sebagai sumber konflik. Ada pihak-pihak yang menggunakan pemahaman agama mereka sebagai kebenaran tunggal, suka menyesatkan dan mengkafirkan pihak lain.
Ketiga, masyarakat sebenarnya toleran dan jumlahnya mayoritas, namun menjadi kalangan diam sehingga suara kecil yang intoleran yang lebih mengemuka di pemberitaan.
Keempat, keprihatinan kondisi negara lain, khususnya dunia Islam yang dilanda konflik peperangan yang tidak berkesudahan dan ancaman itu mulai terasa di Republik ini akibat ulah sekelompok kecil yang ingin merubah dasar negara kita Pancasila.
Karena itu tujuan Kirab Satu Negeri adalah upaya anak muda NU untuk mengokohkan konsensus (kesepakatan) bangsa Indonesia dalam menentukan dasar negara, yaitu Pancasila.
“Kiai turut serta dalam kesepakatan dan penetapannya. Sebagai santri, GP Ansor menjaga kesepakatan kiai dengan elemen bangsa,” lanjut Abrar.
Kedua, tujuan Kirab Satu Negeri adalah meneguhkan fungsi agama sebagai sumber kasih sayang dan rahmah. Jangan sampai agama menjadi sumber kekerasan dan konflik. Agama justru harus menjadi sumber kedamaian dan perdamaian.
Ketiga, mengajak masyarakat mayoritas yang mencintai kedamian untuk berani bicara. Selama ini sebenarnya kalangan intoleran, menggunakan agama sebagai sumber perpecahan dan konflik jumlahnya sedikit. Tapi mereka sangat aktif dan populer di media, terutama di media sosial.
Bagi GP Ansor kelompok masyarakat juga harus berbicara menyerbarkan kedamaian. Jangan sampai yang banyak dan waras kalah oleh kelompok kecil yang tidak waras.
“Kita punya slogan yang waras jangan mengalah,” tegasnya.
Keempat, belajar dari pengalaman Indonesia yang majemuk, terdiri dari beragam suku, agama, bangsa, dan bahasa selama berabad-abad, tapi hidup berdampingan dengan damai. Ini adalah hal yang positif untuk lebih dikenal di dunia internasional.
“Pengalaman Indonesia seperti itu, ingin jadi inspirasi dunia,” katanya.