Editorial
Salim Majid
Pelisiran disepang jalan arteri di malam hari. Terlihat orang – orang tengah asyik duduk diatas tanggul penahan ombak.
Ada yang berpasangan, ada yang bergerumun, hingga tiga orang. Malam gelap hanya terlihat dari sorotan lampu kendaraan.
Mereka tengah asyik bercengkrama diatas tanggul. Ditemani jajajan ringan dan air mineral segedar menghapus rasa lapar dan haus.
Pembungkus jajanan dan botol air meneral itu ditinggalkan begitu saja atau membuangnya di pinggir jalan.
Sampah-sampah itulah menumpuk setiap hari menjadi banyak. Pemandangan sampah berserakan di sepanjang jalan arteri begitu menganggu mata telanjang saat pagi-pagi menelusuri jalan arteri.
Konsep Mapaccing yang ditanamkan Pemkab Mamuju sangat kontradiktif dengan fakta yang terjadi dilapangan.
Relawan – relawan pro kebersihan. Dan komunitas yang ada di Mamuju mencoba membangun kesadaran warga bahwa kebersihan kota begitu penting.
Bahkan Pemkab Mamuju sering menghimbau kepada warga agar tak membuang sampah sembarangan.
Namun imbahuan itu seperti angin lalu saja. Tak ada kesadaran sehingga pemandangan itu nampak jelas setiap hari.
Kesadaran Warga Satu Solusi
Bagaimapun hebatnya satu konsep dan program pemerintah daerah tanpa dimbangi dengan kesadaran warga. Program tersebut akan sia-sia.
Kesadaran warga menjadi titik penting dalam menata satu kota. Selain itu, regulasi yang tepat akan menopang program tersebut.
Menyiapkan infrastruktur seperti tong – tong sampah disetiap lokasi yang dianggap penting. Ruang – ruang publik itu harus di tata dengan baik agar managemen pengelolaan sampah misalnya dapat maksimal.
Tanggul – tanggul disepanjang jalan arteri merupakan ruang publik yang terkecualikan. Kenapa? Jika itu dijadikan tempat untuk bercengkarama akan sangat berbahaya.
Sebab jalan yang sering dilewati kendaraan dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Disinilah pentingnya sinergitas antar instansi. Peran masing – masing lembaga menjadi urgen sehingga program itu dapat terealisasi dengan baik.
Bahkan sepanjan jalan arteri bisa pula berpotensi terjadinya kriminal. Sebab karakter warga yang beragam tak memberi satu jaminan keamanan.
Lantas siapa yang salah?
Posisi ini tak saling menyalahkan. Tapi semua instrumen penting harus bersama – sama merekontruksi satu solusi yang lebih elegan.
Sebuah realitas menjadi urgen untuk dikelola dengan baik. Sebab managemen pengelolaan sampah yang baik akan melahirkan satu keteduhan hati.
Ruang – ruang publik tak segedar ikon atau simbol – simbol prestise yang enak didengar ditelinga tapi faktanya non sen.
Dengan demikian, solusi merupakan jalan yang baik menuju yang terbaik.