Ekonomi

Konsumsi Rumah Tangga Pendorong Ekonomi Tahun 2017

×

Konsumsi Rumah Tangga Pendorong Ekonomi Tahun 2017

Sebarkan artikel ini

beritaini.com – Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Oktober 2016 telah menyepakati dan mengesahkan RUU APBN Tahun 2017 menjadi UU APBN Tahun 2017. APBN Tahun 2017 disusun dengan mencermati dan mengantisipasi kondisi perekonomian global yang masih mengalami pelemahan dan risiko gejolak geo politik.

Disamping itu, perdagangan internasional juga masih akan dihadapkan pada banyak tantangan, antara lain perubahan ekonomi regional dan lemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok.

APBN merupakan instrumen penting untuk mencapai perbaikan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan keadilan sosial serta bertujuan bernegara.

Kebijakan fiskal yang telah ditetapkan dalam APBN Tahun 2017 dirancang agar mampu menghadapi berbagai tantangan perekonomian global dan domestik, serta memacu pembangunan nasional yang lebih baik di tahun 2017, dengan tetap menjaga azas kehati-hatian dan efektivitas pelaksanaannya. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui:

1. Belanja yang lebih produktif,

2. Subsidi yang lebih tepat sasaran,

3. Perkuatan desentralisasi fiskal,

4. Optimalisasi penerimaan negara yang lebih rendah    realistis,

5. Fokus pada kesinambungan fiskal.

 

Pakar Ekonomi Makro Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono, mengungkap, perekonomian Indonesia tahun depan diperkirakan bisa tumbuh sedikit lebih baik dari tahun 2016 ini, yaitu sekitar 5,1 persen hingga 5,2 persen.

Baca juga:  Walikota Makassar Fokus Ekonomi Tahun 2017

Menurutnya optimisme tersebut muncul dari beberapa indikasi perekonomian dunia. Di antaranya adalah penurunan produksi minyak mentah dunia sekitar 1,5 juta bph, yang dilakukan oleh Saudi Arabia dan Rusia dengan penurunan produksi masing-masing 500 ribu bph.

Selain itu, beberapa negara anggota OPEC lainnya juga menurunkan prokdusi minyak mentahnya, dengan jumlah total keseluruhan sebesar 500 ribu bph.

“Sehingga, secara total penurunan produksi minyak mentah dunia mencapai 1,5 juta bph. Hal ini berdampak pada peningkatan harga minyak mentah dunia dari kisaran 27 dolar AS per barel pada Februari 2016 lalu, kini harganya naik menjadi diatas 50 dolar AS per barel,” ucap Tony.

Dampak lanjutannya, kata dia harga batu bara pun mengalami peningkatan mencapai 100 dolar AS per ton pada Desember 2016. Dan jika kondisi tersebut bisa bertahan, maka peluang perekonomian Indonesia tahun 2017 sedikit lebih baik dari tahun 2016.

“Dengan naiknya harga batu bara, dugaan saya akan terjadi permintaan yang tinggi akan komoditas tersebut, sehingga ekonomi Indonesia akan naik. Ini berita bagus untuk Indonesia, terutama para pelaku usaha di sektor batu bara,” tambah dia.

Artinya, kata Tony dengan peningkatan harga minyak mentah dunia sebesar 50 dolar AS per barel dan harga batu bara 70 dolar AS per ton saja, maka ekonomi Indonesia 2017 akan tumbuh sedikit lebih baik dari tahun ini. “Namun tak mungkin bisa kembali seperti pertumbuhan tahun 2010 lalu. Meski demikian, ada tendensi optimisme tahun 2017”, para Tony.

Baca juga:  Timnas Indonesia U-19 Gelar Mini Game

Hanya saja, ia mengingatkan dampak kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump yang diperkirakan oleh banyak pengamat dan ekonom bakal mengganggu geliat perekonomian dunia. Oleh karena itu, hal ini harus diawasi secara intens oleh pemerintah.

Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Maxensius Tri Sambodo mengatakan, perekonomian Indonesia bisa tumbuh pada kisaran 5,3 persen hingga 5,6 persen pada 2017. Angka pertumbuhan ini melebihi asumsi yang diproyeksikan pemerintah dalam APBN dan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 5,1 persen.

Rendahnya suku bunga acuan yang didukung oleh implementasi 14 jilid paket kebijakan ekonomi dapat mendorong kinerja investasi, sehingga bisa berdampak positif kepada kinerja pertumbuhan ekonomi mulai tahun depan.

Salah satu yang mendongkrak kinerja ekonomi 2017 itu, diantaranya konsumsi rumah tangga maupun pemerintah yang menjadi pendorong utama perekonomian, sebagai dampak dari laju inflasi yang relatif terkendali karena diproyeksikan hanya mencapai empat persen pada 2017.

 

Diolah dari berbagai sumber