Enrekang, Beritaini.com– Kabut tebal menyambut mata saat mampir di warung dipinggir jalan diatas ketinggian. Dari atas ketinggian itu tak nampak gunung yang orang menyebutnya gunung “nona”.
Puluhan mobil parkir dipinggir jalan sembari menikmati eksotik gunung ” nona “. Makana ringan tesaji diatas meja segedar mengganjal perut.
Dari kejauhan masih terdengar suara adzan. Rupanya ada masjid dikaki gunung sana. Suara adzan itu masih sangat jelas.
Segedar membagi cerita bahwa Gunung “nona” punya sebutan karena gunung tersebut mirip (maaf satu bagian tubuh wanita). Gunung itu diselimuti kabut tebal hingga bagian tubuh sang “nona” tak tampak.
Namun menikmati kabut tebal menyelimuti tubuh jalan. Punya daya tarik tersendiri. Kabut tebal membawa hawa dingin.
Berlama-lama menikmati panorama alam. Samar-samar dari kejauhan terlihat bangunan rumah penduduk diatas gunung yang masih diselimuti kabut tebal.
Hamparan hutan nan hijau membentang. Kabut tebal itu menyelinap diantara gunung-gunung disekitarnya.
Kabut tebal itu menyapu jalanan hingga jarak pandang tak terlalu nampak. Untung ada lampu darurat mobil tanda hati-hati. Hingga terlihat kendaraan didepan.
Masih secangkir kopi yang tak jauh bedah dengan kopi Toraja itu terasa menikmati traveling. Menembus jalan berkelok-kelok dan sempit. Butuh ekstra hati-hati.
Bersyukur sudah terbiasa melawati jalur Tapalang-Mamuju. Hanya saja bedahnya jalur tersebut jalannya agak lebar. Hingga tidak terlalu mengkawatirkan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Akhirnya pukul 00.30 malam tiba di kampung halaman Mamuju.(*)
Penulis : Salim Majid